Rancang Tata Letak untuk Efisiensi dan Efektivitas, Mahasiswa ITG Ini Re-Desain Layout UMKM Sagura Garut

nusant11 | 3 Juli 2024, 13:05 pm | 98 views

GARUT | N-24JAM – Institut Teknologi Garut (ITG) adalah salah satu kampus yang berada di Kabupaten Garut, tepatnya berada di wilayah Jalan Mayor Samsu No 1 Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut. Salah satu jurusan yang ada di kampus tersebut adalah Teknik Industri. 

 

Dosen Pembimbing, Anung Andi Hidayatullah, ST, MT, menyebutkan, bahwasanya Teknik Industri berbicara mengenai 5 M yaitu ada Machine, Man, Money, Method dan Material serta bagaimana meng-integrasikan antara setiap keilmuan yang dipelajari. 

 

Sejalan dengan pernyataan Anung, salah satu keilmuan yang ada di Teknik Industri sendiri ada Perancangan Tata Letak Fasilitas (PTLF). Adalah suatu kegiatan perancangan dan pengaturan tata letak fasilitas fisik seperti mesin atau peralatan, lahan, bangunan, dan ruang untuk mengoptimalkan keterkaiatan antara pekerja, aliran bahan, aliran informasi dan metode yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien.

 

Mahasiswa ITG Teknik Industri dari Kelompok 1 yang berjumlah 4 orang, terdiri dari Irfan Jamiludin, Putri Laya, Rizki Anugrah Munawar, Alwis Saepul Jamil. Kelompok ini mempelajari salah satu bidang keilmuan yang ada pada jurusan Teknik Industri yaitu Praktikum PTLF. Salah satu praktikum yang mempelajari tata letak dan fasilitas dari sebuah perusahaan atau UMKM agar lebih efektif dan efisien. 

 

“Praktikum PTLF ini dilaksanakan pada Tingkat 3 tepatnya di Semester 6. Selama praktikum kami dibimbing oleh asisten dosen, kelompok kami dibimbing oleh Kang Bagas. Dalam praktikum ini terdapat 8 modul yang saling terintegrasi,” ujar Putri Laya.

 

Pada penugasannya, lanjut Putri, kelompoknya melakukan observasi ke salah satu UMKM Sagura, yakni Dodol Garut yang ada di daerah Jl. Ahmad Yani Timur, No. 412, Ciparay, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut Jawa Barat.

 

“Kami mekakukan observasi dan menemukan masalah dalam tata letak fasilitas yang dimiliki oleh UMKM Sagura. Kemudian masalah tersebut dikenal dengan constrain. Untuk constrain yang kami analisis adalah ongkos material handling (OMH),” jelasnya.

 

Putri menambahkan, untuk constrain OMH, hasil dari observasi yang dilakukan adalah perpindahan bahan baku ke ruang proses produksi. 

 

“Kami merasa jalur dari perpindahan setiap material atau bahan baku kurang optimal, sehingga menyebabkan menghambat waktu produksi. Maka dari itu kami merubah jalur perpindahan tersebut agar lebih efektif,” katanya.

 

Atas nama kelompoknya, Putri berharap dengan apa yang dikerjakan dapat membuat UMKM SAGURA lebih produktif dalam menjalankan kegiatan produksi serta dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. (*)

Berita Terkait