Peradaban dan Kemanusiaan

nusant11 | 6 Desember 2024, 11:55 am | 33 views

Oleh : Mastono | DPC BMI Lamongan

NUSANTARA24JAM – Kata peradaban sering diartikan sebagai bentuk perkembangan umat manusia yang kompleks dan dinamis, peradaban juga banyak didefiniskan sebagai bentuk dinamika pertumbuhan manusia dengan kompleksitasnya yang ada didalamnya. Peradaban menjadi kajian sendiri bagi para sosiolog dalam mendefinisikan kultur yang ada pada perkembangan umat manusia.

 

Para sosilog berpendapat bahwa peradaban merupakan hasil dari dialektika manusia yang menghasilkan kualitas dan memiliki pengaruh luas dalam kehidupan. Peradaban tercipta dan muncul atas konsensus atau kesepakatan-kesepakatan individu, kelompok, suku, bangsa, negara, ataupun yang berbentuk global.

 

Pada dasarnya kata peradaban berasal dari kata “adab” yang berarti etika, sopan, berbudi pekerti, luhur, mulia, berakhlak yang semuanya menunjuk pada sifat yang tinggi dan berkualitas. Sedangkan makna lain dari kata peradaban bermakna kemajuan (kecerdasan, kebudayaan), hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa dan kebudayaan suatu kelompok, suku maupun bangsa.

 

Pemakaian kata peradaban dan kebudayaan dalam bahasa Inggris sangat jelas dan cukup terang dalam pendefinisianya,  peradaban dalam bahasa inggris sering disebut dengan kata civilization dan budaya disebut culture, dalam pandangan almarhum  Nurcholish Madjid (cak nur), peradaban sering diungkapkan dengan term yang terkenal yaitu  “Madani”, term ini menggambarkan masyarakat yang berperadaban atau masyarakat yang memiliki peradaban maju, baik kemajuan kualitas hidupnya, maju pada kualitas pengetahuan dan pemikiran, maju secara kualitas pembangunan dan ekonominya, maju kualitas spritual dan imanya, maju kualitas teknologinya dan maju kualitas moral dan etikanya. Masyarakat inilah yang di utopiakan oleh cak nur pada bangsa Indonesia ini.

 

Secara epistemologi, peradaban adalah perkembangan kebudayaan yang telah mendapat tingkat tertentu yang diperoleh manusia dalam suatu kelompok suku atau bangsa, taraf kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu tercermin pada kelompoknya, peningkatan ini adalah meningkatnya kualitas diberbagai sektor sehingga peradaban tersebut bisa dikatakan sebagai kelompok masyarakat yang beradab atau yang mencapai peradaban tinggi.

 

Peradaban merupakan eksistensi atau perwujudan dari dinamika dan dialektika antar umat manusia yang selalu ada dalam diri manusia. Manusia akan selalu menciptakaan peradaban-peradaban sebagai salah satu cara  mempertahankan keberlangsungan kehidupannya. Cara manusia mempertahankan keberlangsungan hidup ini, ia mulai dengan beradaptasi dengan lingkungan, melakukan rekayasa-rekayasa yang bersifat naluriah, menciptakan alat yang dapat mendukung kehidupannya dan mulai berfikir pengembangannya sampai kemudian diakui sebagai peradaban yang berkembang dengan cara adaptasi, asimilasi, akulturasi, dan lain sebagainya. 

 

Selain sebagai peradaban yang menghasilkan kualitas yang berkemajuan  peradaban juga sering menghasilkan kompetisi diantara peradaban seperti halnya yang di rumuskan oleh Samuel  Hungtinton dengan teorinya The Clash of civillzations, dalam teorinya ini hungtinton mengungkapkan bahwa peradaban mempunyai potensi untuk menghasilkan benturan atau kompetisi baik secara idiologi maupun ekonomi, potensi inilah yang mengakibatkan peradaban umat manusia menjadi benturan atau perang. Dimana nilai kemanusian tidak lagi menjadi pertimbangan utama, kemenangan peranglah menjadi tujuan dari segalahnya.

Selaras dengan teori hungtinton, thomas hobbes mengatakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki tabiat untuk saling  menguasai atau sebagai mahkluk predator untuk memangsa diantara sesamanya atau sering disebut sebagai homo homini lupus. Agresi utk menguasai muncul karena kebebasan mutlak untuk menguasai ingin dimilik.

 

Menciptakan peradaban yang berprikemanusian adalaha cita-cita umat manusia dalam menjaga keberlangsungan hidup, namun cita-cita yang luhur  ini selalu mendapatkan perlawanan dari kelompok yang mengatas namakan hak manusia atas dirinya, mereka membangun argumen dan narasi rasional tidak semestinya, demi hidden agendan yang dimiliki, mereka berpendapat bahwa kemerdekaan  selalu bersyarat pada freedom of speech and expression, ini adalah teori yang semestinya  diimplementasikan atau diaktualisasikan pada kondisi masyarakat yang terhegomoni dengan siatem kekuasaan yang otokrasi dan oligarki, bukan sebaliknya teori ini dimanfaatkan demi melangengkan sistem tirani.

 

Dinamika yang kompleks saat ini memaksa kita untuk selalu kritis dengan segalah peradab yang kita miliki, pandangan dunia yang harus kita miliki mensyaratkan multi perspektif tiadak boleh menginakan singel prespektif karena kemungkinan terjebak pada fallacy prespektif, dinamisasi sebuah perubahan berjalan secara masif yang mengakibatkan pada peradaban yang timpang bila sebagaian suku atau bangsa tidak melakukan up grade secara masif tentang perkembangan dan kemajuan pengetahuan maupun teknologi. Ketimpangan-ketimpangan inilah yang salah satunya menjadi triger adanya benturan maupun perang, selain idiologi dan ekonomi.

 

Perkembangan teknologi dan majunya  masyarakat membuat peradaban bergeser kearah pengetahuan manusia yang lebih multi dinamis. Sebagai sebuah kelanjutan sejarah peradaban manusia, zaman digitalisasi berdampak positif dan  berdampak negatif pada kelanjutan peradaban manusia. 

 

Berkembangnya peradaban yang begitu pesat banyak Manusia dihantui oleh persoalan negatif mulai dari kekerasan, dehumanisme, amoral, kriminalisasi, kesenjangan social, politik, ekonomi, budaya dan krisis ekologis. Persoalan  krisis individu sebagai manusia  menambah cacatnya dunia pos moderenisme yang saat ini dibanggakan  sebagai  zaman digital 5.0. 

 

Hal tersebut oleh Fritjof Copra dikatan sebagai “penyakit-penyakit” peradaban. Sehingga peradaban yang tadinya diorentasikan pada kemajuan dan kebaikan menjadi berupa ketidak baikan “disorentasi”. Sedangkan tentang nilai kemanusian adalah merupakan sebuah sikap universal yang dimiliki umat manusia yang dapat melindungi dan memperlakukan manusia sesuai dengan hakikat kemanusiaanya atau sikap yang mampuh memanusiakan manusia “humanisme”.

 

Manusia Menurut Murthada Muthahari setidaknya ada lima dimensi yang dimilikinya. yaitu dimensi intelektual, dimensi moral, dimensi estetis, dimensi spritual dan dimensi kreativitas. Secara naluri pada dasarnya Manusia bersifat sangat idealis, sehingga ia memandang keyakinan-keyakinan dan ideal-idealnya lebih tinggi dari nilai- nilai lain. 

 

Kualitas unggul inilah yang melatar belakangi manusia untuk menciptakan peradaban yang lebih berkualitas dan berprikemanusian, namaun dalam perjalananya idealitas yang tinggi ini selalu berdialektika dengan keburukan yang mengakibatkan manusia harus saling mempertahankan idealitasnya.

 

Begitu juga tujuan diturunkanya utusan sebagai representasi kehendak tuhan tidak lain adalah membangun peradaban yang unggul “masyarakat madani” peradaban yang berprikemanusian yang adil serta beradab, sehingga menjadi prioritas utama setiap peradaban memiliki idiologi sebgai peta atau tuntunan kehidupan “worldview”, karena munculnya dialektika antar umat manusia dengan berbagai idiologi yang dimiliki serta orentasi yang berbeda-beda maka tak terbendung adanya  benturan antar peradaban terjadi, sampai saat inipun masih terjadi benturan benturan antar peradaban. Sehingga konsesus antar bangsa dalam menjaga perdamain antar umat menjadi keharusan bersama.

 

Menjaga peradaban yang berprikemanusian menjadi  kewajiban bersama dalam membentuk peradaban yang maju, berkualitas dan penuh perdamaian. Semoga peradaban yg berkualitas dan penuh perdamain terwujud dimuka dunia ini. amin! (*)

Berita Terkait